SANTRI; Agen perubahan masa kini
kaji kitab bareng |
perjuangannya peran ulama tak dapat diabaikan. Setidaknya ada enam jasa utama yang diberikan ulama untuk perjuangan kemerdekaan. Pertama, menyadarkan rakyat dengan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan penjajah. Kedua, memimpin gerakan non kooperatif pada penjajah belanda. Para ulama di masa penjajahan banyak mendirikan pesantren di daerah-daerah terpencil, untuk menjauhi bangsa penjajah yang tinggal di kota. Ketiga, mengeluarkan fatwa jihat melawan penjajah. Keempat, memobilisasi dan memimpin rakyat dalam perjuangan fisik melawan penjajah, diantaranya KH. Hasyim As’ari, KH. Zainal Mustafa dll. Kelima, menyerukan persatuan membela RI yang memproklamasika Soekarno-Hatta yang dipimpin oleh KH. Hasyim As’ari memfatwakan kewajiban mempertahankan kemerdekaan RI. Keenam, berperan aktif dalam mengisi awal kemerdekaan.
Warisan dan jasa ulama’ Indonesia yang paling Nampak saat ini adalah pondok pesantren. Pondok Pesantren adalah lembaga islam tertua di Indonesia bahkan peran pesantren mampu menjadi lembaga yang dapat mencetak pejuang-pejuang pergerakan nasional, seperti Bung Tomo dengan organisasinya Boedi Utomo yang melahirkan kesepatakan para pemuda-pemudi dalam wadah sumpah pemuda diperingati setiap 28 oktober. Hal ini adalah termasuk peran dan jasa ulama melahirkan santri yang dapat bermanfaat bagi bangsa dan Negara.
Kemudian, KH. Wahab Chasbullah Tambak Beras Jombang dalam konteks perjuangannya telah dapat mendirikan Madrasah Nahdaltun Wathan di Surabaya, yang kemudian menjadi embrio lahirnya organisasi islam terbesar di Indonesia yaitu NU (Nahdlatun Ulama’) dengan berpegang teguh dan memperjuangkan ahlus sunnah waljamaah.
Untuk itulah, merubah kembali pradigma lama dengan yang baru adalah suatu urasan. Bukan hanya mahasiswa saja yang pantas dan mampu untuk diikutsertakan sebagai salah satu subyek membangun bangsa ini, melainkan lembaga dengan latar belakang kultural, non-formal ini pun layak digabungkan dengan agen perubahan, bahkan dilihat dari tradisi perjuangannya yang panjang, jelas-jelas lembaga pesantren telah membuktikan dirinya mampu menjadi agen perubahan. Lebih – lebih mahasiswa yang dapat titel santri dan mahasiswa, menjadi sebuah keistimewaan tersendiri dengan memiliki pengetahuan yang luas didasarkan dengan kelimuan keagamaan yang kuat.
Sebagaimana diungkapkan oleh Gus Dur dalam bukunya “Menggerakkan Tradisi”, anggapan bahwa santri adalah erat kaitannya dengan istilah ngedeso, jumud, konserfativ. Menjadi penghalang terbesar bagi usaha-usaha pembangunan nasional adalah sesuatu yang tidak tepat. Karena pesantren, santri dan mahasiswa santri sangat dinamis, bisa berubah dan mengubah karena memiliki dasar-dasar kuat untuk ikut mengarahkan dan menggerakan perubahan dalam konteks pembangunan bangsa kedepan.
Eksistensi pesantren sebagai sebuah lembaga yang menyimpang dari pola kehidupan umum dinegeri ini; dalam sejarah kehidupan bangsa ini adalah merupakan hal sangat penting. Dimulai sejak kemunculannya hingga masa-masa berikutnya.Dihidrasi kontribusi, yaitu minimnya andil yang diberikan oleh sebagian besar pejabat masa kini terhadap perkembangan dan kemandirian bangsa kebanyakan para pejabat sekarang adalah mereka yang sengaja memanfaatkan jabatan demi keuntungan dan kepentingan pribadi. Harapan rakyat Indonesia akan lahirnya pemimpin yang dapat membawa negeri ini menjadi bangsa yang besar. Karena saat ini sebagai bangsa yang besar, kita lebih banyak memilik sosok pemimpin dengan jiwa pecundang yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi. Sangat sulit dan sedikit sekali ditemukan pemipin dengan jiwa pemenang yang berjalan sesuai dengan keinginan, harapan dan impian rakyatnya.
Maka, masa sekarang ini perlu adanya dobrakan-dobrakan para pejabat baru yang berlatang belakang pesantren yang telah bisa berhidup bermasyarakat dalam dunia heterogen. Dalam islam, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mimiliki sekurang-kurangnya empat sifat dalam menjalankan kempimpinannya, yakni : shiddiq, tabligh, amanah dan fathonah.Sebenarnya setiap manusia adalah pemimpin, menimal pemimpin terhadap seluruh metafisika dirinya. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala kepemimpinananya. Jika dicermati, sikap-sikap yang ditanamkan dalam kepemimpinan secara terintegrasi dari dahulu sampai saat ini telah dilakukan oleh Pondok Pesantren. Oleh karena itu, pondok pesantren adalah adalah tempat yang paling mungkin untuk melakukan pembelajaran kepemimpinan. Lembaga di luar pondok pesantren sangat susah mendapatkan jaminan,karena kondisi dan situasi pelaksanaan dan penerapannya pada pemuda dan pemudi tidak akan pernah efektif.
Merujuk pada statmen Bahtiar Effendi bahwa santri sebagai sosok yang lahir dari pesantren merupakan salah satu sarana pendukung kemandirian dan pembaharuan dibangsa ini yang menyelimuti pejabat – pejabat di negeri ini. Jiwa kemandirian dan kesederhanaan oleh kaum sarungan mengajarkan bagaimana menjadi sosok yang berdikari dan merakyat. Gus Dur berstatmen bahwa “Sumbangsih yang telah diberikan pesantren dan santri bagi bangsa ini telah sanagat besar karena itu pesantren dan santri perlu mendapatkan perhatian, agar pelayanan dalam megisi pembangunan nasional semakin dirasakan masyarakat”. Di antara sumbangsih nyata dari pesantren terhadap kemandirian bangsa ini adalah output yang lahir dari “rahim” beberapa pesantren di Indonesia. Banyak tokoh bangsa yang berlatar belakang pesantren.
Reformasi peran santri Indonesia sebagai agen perubahan dalam mengawal perajalanan panjang bangsa ini kedepannya. Potensi dan peran pesantren sebagai lembaga pendidikan non formal yang berbasis keagamaan cukup besar, didirikan mandiri oleh dan untuk masyarakat, sangat berperan dalam pembentukan moral bangsa. Konfigurasi kongkritnya adalah dengan melakukan optimalisasi peran santri dan pesantren yang kedepan bisa menjadi dan mencetak sosok pemimpin yang bersahaja dan sejahtera serta tak ingin diperlakukan istimewa. Wallahu a’lam.
Sumber; esemkabisa
Komentar
Posting Komentar